Aku bukan apa-apa untuk disandingkan dengan Ahan yang punya segalanya. Aku tidak punya cukup harta untuk menunjukkan muka dan mengutarakan cinta. Aku hanya perempuan biasa yang di beri bekal percaya diri seluas samudra untuk menaruh hati pada Ahan yang sosoknya begitu bijaksana, bahkan hampir menyentuh kata sempurna.
Aku bukan perempuan yang menyukai dunia luar, tapi Ahan menemukanku di tengah-tengah rak buku pada perpustakaan kota. Ahan dengan senyum yang ia punya mengulurkan tangan tanda perkenalan. Yohan Praadmaja tapi aku lebih suka memanggilnya Ahan. Ahan dengan segala hal baik yang ia punya, membawaku pada dunia baru yang tak pernah aku sangka. Ahan yang terlihat begitu fana, kini menjadi sumber bahagia. Ahan dengan segala perasaan bodohnya untuk aku—perempuan biasa-biasa saja— menjanjikan seisi dunia yang ia punya. Yang katanya akan menjadi pahlawan dan memerangi semesta hanya untuk membela aku yang tak punya apa-apa.
"Perempuan di dunia ini banyak, yang lebih baik dari aku juga nggak kalah banyak, yang setara dengan kamu juga nggak bisa di hitung. Lalu kenapa harus aku, Ahan?"
"Perempuan di dunia ini memang banyak, tapi aku merasa cukup dengan kamu. Yang lebih baik dari kamu juga banyak, tapi aku juga merasa cukup dengan segala baik yang kamu punya, pun perihal kesetaraan. Tapi aku merasa cinta yang kamu punya setara dengan punyaku. Aku merasa cukup dengan segala hal yang kamu punya, cukup dengan kamu."
Aku yang dulu selalu kelelahan perihal membersihkan luka dari cinta lama, sekarang berdiam diri melihat Ahan membalut semuanya. Aku yang dulu berpikir tak menemui bahagia, tidak menyangka bahwa Ahan akan membawakannya. Aku yang dulu selalu menelan segala cerita perihal keseharian, kini mempunyai Ahan yang telinganya siap mendengarkan.
"Kalau seandainya aku dan kamu nggak punya takdir bahagia untuk jadi kita, bagaimana?"
Ahan yang wajahnya selalu tersenyum, dengan tenang bilang. "Kalau seandainya aku dan kamu nggak bisa jadi kita untuk selamanya, semoga ada laki-laki yang baiknya melebihi segala baik yang aku punya. Semoga ada laki-laki yang membuatkan dunia baru yang isinya lebih membahagiakan. Begitupun sebaliknya, semoga aku juga mendapatkan hal yang sama. Bagaimana dengan kamu, Ya?"
"Persis seperti lagunya Tulus. Bila bukan untuk aku, hindariku dari patah hati itu. Kalau seandainya kata kita nggak bekerja dengan benar, aku akan pergi lebih dulu biar nggak merasakan patah hati lebih dalam. Aku nggak mau merasakan patah hati untuk kesekian kalinya, apalagi kalau patah hati itu dari kamu asalnya."
Ini adalah sebuah pengharapan yang setiap harinya selalu aku utarakan. Harapan semoga Tuhan memberi izin untuk kita berjalan dalam waktu yang lebih lama. Karena dengan Ahan, aku bisa melihat dunia dengan versi bahagia. Karena dengan Ahan, aku merasakan dunia berjalan dengan menyenangkan. Pun karena dengan Ahan, aku bisa menikmati peranku sebagai manusia yang biasa-biasa saja.
Ahan dengan segala bentuk cintanya datang membebaskan aku dari sesak dan membuatkan dunia baru yang membahagiakan.