La La Lost You.

eia
3 min readMay 12, 2024

--

Senja, Los Angeles, kereta bawah tanah dan tahun ketiga berakhirnya hubungan kita.

Aku kembali pada kota ini, Los Angeles jadi saksi kisah kita yang sampai sekarang masih aku harapkan untuk berjalan selamanya. Sebuah rasa yang biasa di sebut cinta tumbuh di sini, tawarkan segala bentuk bahagia untuk kita sepasang remaja yang baru mengenal cinta. Sayangnya, langit Los Angeles tak suka melihat kita. Kota ini seperti tak memberi izin untuk kita jalani kisah romansa.

Ini membuatku sadar satu hal, Los Angeles jadi tempat bermuara dan tenggelamnya cinta manusia.

Aku temukan dirimu dengan segala baik burukmu di sini, pandangan pertama yang di awali dengan rasa kagum saat melihat senyum dan matamu tiba-tiba berubah menjadi suka, lalu cinta. Tak banyak kenangan yang bisa aku simpan, sebab Tuhan benar-benar tak memberi kita waktu lebih lama. New York dengan segala keistimewaannya membawamu jauh dari jangkauan, kota itu mendekapmu lebih erat dari yang aku bisa.

New York dan kereta bawah tanah selalu jadi angan yang kamu usahakan. Dan kamu mendapatkannya. Tapi, kenapa hubungan kita yang jadi gantinya? Hey, apa kamu menikmati hidup di sana? Apa seluruh hati dan pikiranmu sudah membuang diriku jauh saat pesawat membawamu mengudara?

“Hey Josh, senja di Los Angeles masih sama bagusnya seperti terakhir kali kita bertemu. Bagaimana dengan New York? Apa di sana juga punya senja seindah Los Angeles?”

Langkah kakiku meninggalkan tempat ini, berkelana entah ke mana agar kepala dan hatiku tidak semakin merasa terluka. Sayangnya, aku lupa bahwa Tuhan bisa melakukan segalanya. Kamu berdiri di sana, menatapku tanpa ada sorot cinta di mata. Ya, aku sudah kehilangan semuanya.

“Hai Ly? It’s been a long time since I was last here, three years ago, right? Sekalinya ke sini, langsung ketemu kamu. So, how are you?” Kamu masih sama, tak ada yang berubah.

“Oh? Josh? Ya, I’m fine, how about you? And how’s New York?”

“Aku baik-baik aja di sana. New York indah banget ternyata, Ly. Cuma sayang, di sana nggak ada kamu. Nggak ada kita.”

Los Angeles masih sama indahnya seperti dulu saat kita masih bersama, senja yang selalu melihat bagaimana kamu menggenggam tanganku pun masih terlihat sama cantiknya. Tak ada yang berubah dari ini semua, selain kisah kita.

Aku masih menyimpan gelang dengan berbagai warna yang kamu buat saat kamu sedang senggang. Pun dengan "Sunday Morning" yang masih terputar setiap pagi agar ingatan tentang suaramu tak terlupakan. Segala kalimat baik yang kamu ucap masih hidup di dalam kepala. Tapi sayangnya, itu semua hanya kenangan dari kisah yang sudah habis masanya. Aku tak lagi bisa melihat atau merasakannya.

Semuanya tetap sama, hanya kisah kita saja yang berbeda. Kamu dengan pendidikan dan segala mimpi di New York, sedang aku dengan kegemaranku memandangi senja di Los Angeles. Ya, kita berbeda, dan aku merindukannya.

Seandainya kamu masih mau berjuang bersama, seandainya hubungan kita tak berakhir begitu saja, seandainya kamu tak memilih pergi tiba-tiba, seandainya aku punya lebih banyak waktu tersisa, dan segala seandainya lainnya yang tak bisa merubah apa-apa. Mungkin kita masih bersama, mungkin senja di Los Angeles masih melihat ciuman kita, dan segala mungkin lainnya yang tak akan merubah apa-apa. Karena fakta bahwa hubungan kita tak memiliki kesempatan kedua menyadarkan diriku bahwa tak selamanya cinta akan berakhir bahagia.

New York membawa kamu melihat berbagai hal dalam sudut pandang baru, membuatmu terlihat begitu gembira sebab tak pernah rasakan itu sebelumnya. Pun New York bawakan kamu sepasang tangan baru yang genggamannya lebih erat dari yang aku bisa.

Hanya tersisa aku dan Los Angeles bersama kenangan kita yang tak akan aku singkirkan. Musim dingin yang dulu terlewati dengan hangat pelukan, kalimat manis yang keluar dari mulutmu yang penuh dengan kue berbagai rasa. Pula hangatnya tanganmu yang hapuskan air mata sebab kehidupan berjalan tak baik-baik saja. Kenangan itu membunuhku dan mirisnya, aku tak mau melepaskannya. Biar saja aku terbunuh dengan segala hal tentang kamu dan cinta kita. Kalau aku mati, cinta kita sudah lebih dulu mati, jadi tak ada yang perlu di risaukan.

"You are okay when you are not."

Ya, aku akan tetap baik-baik saja dengan segala kenangan kita.

Semoga New York menggenggam tanganmu lebih erat dari yang aku bisa.

Semoga New York mendekap tubuhmu lebih hangat dari yang aku bisa.

--

--

eia
eia

No responses yet